Bergeraklah seindah Mentari pagi menyinari bumi, ia bergerak memberikan kehangatan namun tak membakar. Bergeraklah atas dasar apa yang kalian pelajari dan pahami, bukan sebatas apa yang kalian ketahui. (Semangat Peradaban, DPM FE 2016)

Rabu, 05 November 2014

Pelantikan KPU FE Unnes 2014

     Atas berkat rahmat Tuhan yang Maha kuasa, dengan Ijin-NYA pula. Anggota Dewan Fakultas Ekonomi Beserta Gubernur BEM Fe Unnes, Bersyukur telah melantik anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Fakultas Ekonomi Unnes, masa bakti 2014. dengan ini pula kami berdo'a untuk segenap kelancaran kegiatan demi terwujudnya FE yang Demokratis dan mampu mencetuskan pemimpin baru yang progresif.

Atas Nama Dewan
Ibnu Ramadhany - Kepala Dewan Fe-
Fathimah Az Z - Sekjend DPM-


beserta 
Aan Ikhsananto -Gubernur Bem Fe

DPM FE Tour Ke BPM UI

     Banyak Pengalaman, banyak kenangan, banyak pula sahabat yang tentunya di dapat seusai kunjungan kita -Keluarga Besar DPM Fe Unnes 2014- ke BPM Fe Ui. Harapan untuk selalu mengeratkan silaturahmi pun tak urun dari dalam benak, yang sejatinya kita masih punya persamaan, - sama sama jaket kuning, sama sama pemuda Indonesia-. Suatu saat nanti ketika masa kulia memisahkan status kita, maka harapan yang tak pernah padam adalah kita akan tepat bersaudara dalam jiwa dan darah "Pemuda Indonesia'

Keluarga Besar Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fe Unnes 2014
1 November 2014, Universitas Indonesia

Kemunafikan Itu, Ada Dibalik Kebijakan

     
     Tak asing ketika kita banyak mendengarkan sejumput permasalahan yang melanda Negeri ini. semua sektor tak luput dari serakan masalah yang kian hari, makin sulit saja untuk menyapunya. ini bukan tentang terlaksana tidaknya suatu program yang di jalankan pemerintah. Jauh darinya, ini merupakan sebuah hal tentang baik tidaknya program yang dilaksanakan pemerintah. Pemerintah harus berkaca, bahwa dirinya di bentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri. akan tetapi rakyatlah yang seharusnya dilayani. paradigma ini seharusnya menjadi pegangan yang kuat, dasar, serta pondasi pemerintah dalam melaksanakan setiap tugasnya.

  Tentang baik buruknya sifat pelayanan yang diberikan pemerintah, senantiasa akan tercermin dari setiap program kerja yang dilaksanakan pemerintah. Program kerja tersebut tidak akan pernah lepas dari 2 pilihan. Pertama, Pemerintah melaksanakan program kerja yang sifatnya ekslusif, yaitu hanya berpihak untuk kebaikan pemerintah. Ataukah yang kedua, pemerintah akan memilih dan  melaksanakan program kerja yang sifatnya Inklusif, yaitu yang saling menjunjung kebikan di antara dua pihak, rakyat dan pemerintah sesuai dengan asas keadilan bernegara. tentunya hal ini yang akan menjadi bahan penilaian bagi rakyat sendiri nantinya, tentang baik buruknya program pemerintahan dilaksanakan pemimpin -terlepas dari adanya rekayasa pencitraan di dalamnya-.


     Hari ini ketika kita menyaksikan sejumlah peristiwa tentang penggusuran, penertiban, dan tindakan represif lainnya yang dilakukan pemerintah. Itu semua jua tak lepas dari 2 pilihan yang telah diambl pemerintah. sejatinya pemerintah dalam hal ini telah mengambil sebuah keputusan dalam menjalankan progja yang sifatnya ekslusif - Sejatinya bangsa ini hadir bukan hanya sekedar menggulung kolonialisme, tapi menggelar keadilan bagi seluruh rakyatnya-. jika sifat inklusivisme masih di teruskan dalam budaya pemerintah, maka sejatinya budaya berfikir kolonial masih tumbuh subur di Negeri ini. tentu kita semua menginginkan suatu kondisi yang Ideal bagi tatanan kehidupan di Negeri ini -win win solution-. tak jadi persoalan mengenai pergusuran, penertiban, maupun tindakan represif lainnya. namun yang menjadi persoalan yang berat adalah upaya pemerinta di balik semua itu yang kurang cakap. menggusur tanpa memberi kompensasi yang layak, menertibkan -penangkapan- tanpa upaya serius mengganti mata pencaharian mereka yang di ingginkan pemerintah. sehingga dalam hal ini, pemerintah terlalu memaksakan yang berujung pada sebatas upaya "penyembuanyian" kebusukan. rakyat di jelata di sembunyikan -agar nampak pemerintah telah menanggulangi permasalahan yang ada- padahal sejatinya upaya yang harus dilakukan pemerintah -sesuai UU- pemerintah bukan hanya sebatas memelihara rakyat jelata, fakir miskin - konsep memelihara (suka di pelihara, tidak suka di buang)- akan tetapi sudah berfikir jauh ke depan tentang sebua konsep untuk menyejahterkan rakyat jelata, fakir miskin, anak terlantar dan manusia korban kebijakan pemerintah lainnya.

Ibnu Ramadhany

Minggu, 02 November 2014

Semangat Pemuda Indonesia


Kurang lebih 86 tahun yang lalu, kita melihat sebuah momentum yang sangat luar biasa. Dimana pemuda kita – Pemuda Nusantara-, dari Sabang sampai merauke, dari miangas samapi pulau rote mereka berikrar untuk bersatu, menyatukan gagasan, menyatukan pemikiran, dan yang tak kalah penting ikrar mereka di tandai dengan adanya persatuan gerakan demi melihat bangsa yang mereka diami, bangsa Indonesia. Lepas dari praktek colonial yang tak sejalan lagi dengan Hak Asasi Manusia. Ketika kita melihat lebih jauh lagi, bahwasanya banyak persayaratan bagi mereka untuk bisa hidup tentram, nyaman, dan  damai ketika mau tunduk di bawah bendera colonial. Tapi yang kita lihat pada waktu itu, mereka memilih jalan perjuangan yang di dalamnya banyak sekali hambatan, tantangan, bahkan tak jarangm, nyawapun menjadi taruhan mereka dalam menegakan risalah perjuangannya.
Sekiranya kita bandingkan antara pemuda yang hidup di jaman kemerdekaan ini, dengan pemuda yang hidup dalam era colonial. Maka sejatinya perbandingan itu bagaikan bumi dan langit, jauh dan tak bisa disamakan. Kita hanya perlu mencontoh sebuah semangat yang menyatu dari pemuda terdahulu. Mereka rela melepas kenyamanan demi terbentuknya cita luhur bersama. Pengorbanan mereka juga tak hanya sampai di materi, akan tetapi sudah pada nyawa yang rela mereka berikan kepada bangsa. bukan mati konyol, yang ada adalah mati mulia dalam membangun bangsa. akan berbeda dengan pemuda yang hidup di era reformasi setidaknya mereka akan mati konyol di dalam zona kenyamanan, padahal banyak tugas dan tanggung jawab yang menanti dari bangsa ini.
Kita jadikan hari ini, bukan sekedar pengulangan hari yang kita laksanakan secara ceremonial saja, akan tetapi Kita harus jadikan momentum ini sebagai momentum kebangkitan atas semangat pemuda Indonesia. Dari yang bermusik Rock sampai yang bermusik jazz, dari yang berlauk daging sampai tempe, dari yang bergaya dampai dengan yang konservasi. Kita adalah sama-sama pemuda Indonesia yang akan menjujung tinggi dan membangun kearah perbaikan dalam setiap  perbedaan yang kitamiliki. Go Pemuda Indonesia. . . . 

Video Youtube : Klik. . :-)