Pendidikan
bukanlah segalanya, akan tetapi segalanya itu berawal dari Pendidikan.. Kita Tahu bahwasanya Republik ini didirikan oleh
kalangan Intelektualis yang semuanya mempunyai pendidikan yang tinggi.
Proklamator kita, Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka adalah dua diantara sekian
banyak konseptor Negara yang mempunyai intelektualias yang tinggi. Bung Karno
adalah lulusan teknik pertanian IPB, sedangkan Bung Hatta merupakan lulusan
dari Akademi Ekonomi Amsterdam Belanda. Masih banyak lagi Negarawan sekaligus Konseptor Negara seperti Natsir, Hos Cokro
Aminoto, dan lainnya (founding Father) yang memiliki intelektual yang tinggi, dan
sudah tentu mereka adalah produk dari adanya Pendidikan.
Bangsa ini didirikan bukan sekedar
menggulung kolonialisme semata, akan tetapi bangsa ini hadir dengan membawa janji
untuk segenap masyarakatnya. Salah satu dari janji Bangsa ini adalah “Mencerdaskan
kehidupan Bangsa”. Pada umumnya masyarakat yang cerdas akan lahir manakala
tingkat intelektualitas, kepribadian, dan kedewasaan masyarakat yang tinggi dalam menghadapi tantangan Nasional maupun Global.
Dalam hal ini pula setiap individu mempunyai tingkat kesetaraan pemikiran dan
tindakan yang sama untuk bersama memajukan Bangsa. Dalam mewujudkan Masyarakat
yang cerdas hanya dapat dilakukan oleh terselenggaranya pendidikan yang baik
(pendidikan yang mampu meminimalkan masalah dan menaikan taraf kemampuan bangsa
sesuai tantangan zaman). titik pointnya, pendidikan merupakan syarat bagi
terciptanya masyarakat Indonesia yang cerdas dan bermartabat. Jadi, Membangun
Pendidikan, Adalah Membangun Masa Depan
Bangsa.
Ciri Bangsa yang beradab adalah Bangsa
yang dekat dengan Pendidikan, sedangkan ciri Bangsa yang tertinggal merupakan
Bangsa yang lahir dengan mengesampingkan dunia Pendidikan. Sampai hari ini
tentu kita banyak melihat segudang fenomena masalah yang kompleks yang ada di
dunia pendidikan kita. Mulai dari tawuran pelajar, Seks bebas, pembunuhan di
kalangan pelajar bahkan sampai pada tataran hilangnya Roh dan tujuan dalam
pendidikan itu sendiri. Semua itu akan merujuk pada rendahnya mutu pendidikan
yang ada di Indonesia. Mutu Pendidikan bangsa kita merupakan yang terendah di
Kawasan Asia Tenggara.
Kita masih kalah dengan Negara tetangga
kita, yang sudah melesat terlebih dahulu mendahului kita, seperti Malaysia dan
Singapore. Padahal sejatinya (Masa Orde Baru) pendidikan yang ada di Negara
kita tidaklah dipandang sebelah mata, bahkan pendidikan kita jauh lebih di
hormati, sampai-sampai banyak permintaan guru yang berasal dari Indonesia untuk
mengajar di Malaysia. Banyak para pakar pendidikan, menemukan masalah yang ada
di dunia pendidikan kita. Bahkan dari hulu sampai hilir tak luput dari coretan
masalah yang rumit penyelesaiannya. Prof. Frans Shai, Seorang pakar pendidikan
lulusan Universitas Freiburg Jerman mengatakan bahwasanya pendidikan di Negara
kita itu directive learning, bukan proactive dan innovative learning. Itu yang
menjad hambatan untuk bangsa kita dalam menjawab tantangan dan persaingan
Global yang makin ketat. Ketidakmampuan atas hambatan ini yang kemudian
menyeret masyarakat kita pada ketertinggalan dalam semua bidang. Masyarakat
kita hanya bisa jadi penonton di tengah arus globalisasi, paham ideology mereka
pun mulai berubah mengikuti paham (Hendonisme, kapitalis, Materialistis,
Consumerisme) yang sejatinya sangat bergesekan dengan paham Ideologi yang kita
punya (Pancasila).
Indonesia Gold Atau Indonesia Corrupted?
Tidak sedikit dari dari kita yang
sangat percaya diri untuk menggemakan suatu keadaan dimana masyarakat kita akan
mengalami titik kegemilangan di abad Ke-21 ini. 2045 seakan menjadi sebuah
ramalan untuk tercapainya “Indonesia Gold”. Berbekal dari banyaknya usia
produktif semakin menambah optimisme yang berlebihan dari semua kalangan mulai
dari masyarakat biasa sampai dengan para pakar pendidikan dan pemerintah.
Banyaknya usia produktif bisa kita katakan sebagai “Bonus Demografi”, tapi bagaimana ketika
banyaknya usia produktif yang ada di Negara kita itu tidak terdidik? Its Just
Became to Doms Day For Indonesia, Itu akan menjadi sebuah “Bom Waktu”
Tersendiri untuk bangsa ini. ketika jumlah yang besar itu tidak terdidik dan
terkelola dengan baik. Berapa jumlah pengangguran yang nantinya akan timbul,
terlebih Januari 2015 kita akan menghadapi pasar bebas Asean yang sudah tentu
itu akan menjadi tantangan bahkan masalah tambahan untuk masyarakat kita,
berapa pula pertambahan jumlah gangster, pertumbuhan koloni homo, lesbian dan
para maniak seks bebas, para kaum cukong yang mengisi dan menggerogoti Negeri
ini? bisa jadi 2045 bukan Indonesia Gold
yang kita dapatkan, akan tetapi “Indonesia Corrupted”.
Optimisme kemajuan Pendidikan
Bukan saatnya lagi untuk kita, selalu
memunculkan sikap kritis pesimistis, sikap yang hanya mengkritik tanpa memberi
solusi. Kita Perlu menumbuhkan sikap Optimisme terhadap kemajuan pendidikan
yang ada di Negara kita. Banyak deretan keberhasilan bangsa ini yang tidak
mampu dilakukan oleh bangsa lain. Pasca kemerdekaan, angka buta huruf
masyarakat kita mencapai 98%, saat ini Negara mampu memutar balikan semuanya
sehingga angka buta huruf yang kini ada hanya berkisar 2%. Itu sebuah prestasi
keberhasilan yang sangat mengagumkan. Tidak ada bangsa lain yang mampu
melakukan kerja hebat seperti ini. Masa Orde baru, pendidikan kita juga banyak
disegani, di hormati, di hargai oleh bangsa lain. Contohnya adalah Negara tetangga
kita, Malaysia. Pada era orde baru, banyak permintaan guru yang datang dari
Malaysia, sampai akhirnya banyak pula guru dari kita yang mengajar disana. Kita
mempunyai bekal ideologi Negara yang istimewa, yaitu Ideologi pancasila.
Pemersatu yang sangat kokoh diantara banyaknya perbedaan. sampai hari ini,
masyarakat kita mulai dari sabang sampai pulai merauke, miangas sampai pulai
rote. Mereka masih mengakui Indonesia adalah Negara dan Bangsa kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar