Bergeraklah seindah Mentari pagi menyinari bumi, ia bergerak memberikan kehangatan namun tak membakar. Bergeraklah atas dasar apa yang kalian pelajari dan pahami, bukan sebatas apa yang kalian ketahui. (Semangat Peradaban, DPM FE 2016)

Senin, 20 Oktober 2014

Pendidikan Kunci Peradaban


Pendidikan bukanlah segalanya, akan tetapi segalanya itu berawal dari Pendidikan.. Kita Tahu bahwasanya Republik ini didirikan oleh kalangan Intelektualis yang semuanya mempunyai pendidikan yang tinggi. Proklamator kita, Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka adalah dua diantara sekian banyak konseptor Negara yang mempunyai intelektualias yang tinggi. Bung Karno adalah lulusan teknik pertanian IPB, sedangkan Bung Hatta merupakan lulusan dari Akademi Ekonomi Amsterdam Belanda. Masih banyak lagi Negarawan sekaligus  Konseptor Negara seperti Natsir, Hos Cokro Aminoto, dan lainnya (founding Father) yang memiliki intelektual yang tinggi, dan sudah tentu mereka adalah produk dari adanya Pendidikan.
Bangsa ini didirikan bukan sekedar menggulung kolonialisme semata, akan tetapi bangsa ini hadir dengan membawa janji untuk segenap masyarakatnya. Salah satu dari janji Bangsa ini  adalah “Mencerdaskan kehidupan Bangsa”. Pada umumnya masyarakat yang cerdas akan lahir manakala tingkat intelektualitas, kepribadian, dan kedewasaan masyarakat yang tinggi  dalam menghadapi tantangan Nasional maupun Global. Dalam hal ini pula setiap individu mempunyai tingkat kesetaraan pemikiran dan tindakan yang sama untuk bersama memajukan Bangsa. Dalam mewujudkan Masyarakat yang cerdas hanya dapat dilakukan oleh terselenggaranya pendidikan yang baik (pendidikan yang mampu meminimalkan masalah dan menaikan taraf kemampuan bangsa sesuai tantangan zaman). titik pointnya, pendidikan merupakan syarat bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang cerdas dan bermartabat. Jadi,  Membangun Pendidikan,  Adalah Membangun Masa Depan Bangsa.
Ciri Bangsa yang beradab adalah Bangsa yang dekat dengan Pendidikan, sedangkan ciri Bangsa yang tertinggal merupakan Bangsa yang lahir dengan mengesampingkan dunia Pendidikan. Sampai hari ini tentu kita banyak melihat segudang fenomena masalah yang kompleks yang ada di dunia pendidikan kita. Mulai dari tawuran pelajar, Seks bebas, pembunuhan di kalangan pelajar bahkan sampai pada tataran hilangnya Roh dan tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Semua itu akan merujuk pada rendahnya mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Mutu Pendidikan bangsa kita merupakan yang terendah di Kawasan Asia Tenggara.
Kita masih kalah dengan Negara tetangga kita, yang sudah melesat terlebih dahulu mendahului kita, seperti Malaysia dan Singapore. Padahal sejatinya (Masa Orde Baru) pendidikan yang ada di Negara kita tidaklah dipandang sebelah mata, bahkan pendidikan kita jauh lebih di hormati, sampai-sampai banyak permintaan guru yang berasal dari Indonesia untuk mengajar di Malaysia. Banyak para pakar pendidikan, menemukan masalah yang ada di dunia pendidikan kita. Bahkan dari hulu sampai hilir tak luput dari coretan masalah yang rumit penyelesaiannya. Prof. Frans Shai, Seorang pakar pendidikan lulusan Universitas Freiburg Jerman mengatakan bahwasanya pendidikan di Negara kita itu directive learning, bukan proactive dan innovative learning. Itu yang menjad hambatan untuk bangsa kita dalam menjawab tantangan dan persaingan Global yang makin ketat. Ketidakmampuan atas hambatan ini yang kemudian menyeret masyarakat kita pada ketertinggalan dalam semua bidang. Masyarakat kita hanya bisa jadi penonton di tengah arus globalisasi, paham ideology mereka pun mulai berubah mengikuti paham (Hendonisme, kapitalis, Materialistis, Consumerisme) yang sejatinya sangat bergesekan dengan paham Ideologi yang kita punya (Pancasila).
Indonesia Gold Atau Indonesia Corrupted?
            Tidak sedikit dari dari kita yang sangat percaya diri untuk menggemakan suatu keadaan dimana masyarakat kita akan mengalami titik kegemilangan di abad Ke-21 ini. 2045 seakan menjadi sebuah ramalan untuk tercapainya “Indonesia Gold”. Berbekal dari banyaknya usia produktif semakin menambah optimisme yang berlebihan dari semua kalangan mulai dari masyarakat biasa sampai dengan para pakar pendidikan dan pemerintah. Banyaknya usia produktif bisa kita katakan sebagai  “Bonus Demografi”, tapi bagaimana ketika banyaknya usia produktif yang ada di Negara kita itu tidak terdidik? Its Just Became to Doms Day For Indonesia, Itu akan menjadi sebuah “Bom Waktu” Tersendiri untuk bangsa ini. ketika jumlah yang besar itu tidak terdidik dan terkelola dengan baik. Berapa jumlah pengangguran yang nantinya akan timbul, terlebih Januari 2015 kita akan menghadapi pasar bebas Asean yang sudah tentu itu akan menjadi tantangan bahkan masalah tambahan untuk masyarakat kita, berapa pula pertambahan jumlah gangster, pertumbuhan koloni homo, lesbian dan para maniak seks bebas, para kaum cukong yang mengisi dan menggerogoti Negeri ini? bisa jadi 2045 bukan Indonesia Gold yang kita dapatkan, akan tetapi “Indonesia Corrupted”.
           
Optimisme kemajuan Pendidikan
Bukan saatnya lagi untuk kita, selalu memunculkan sikap kritis pesimistis, sikap yang hanya mengkritik tanpa memberi solusi. Kita Perlu menumbuhkan sikap Optimisme terhadap kemajuan pendidikan yang ada di Negara kita. Banyak deretan keberhasilan bangsa ini yang tidak mampu dilakukan oleh bangsa lain. Pasca kemerdekaan, angka buta huruf masyarakat kita mencapai 98%, saat ini Negara mampu memutar balikan semuanya sehingga angka buta huruf yang kini ada hanya berkisar 2%. Itu sebuah prestasi keberhasilan yang sangat mengagumkan. Tidak ada bangsa lain yang mampu melakukan kerja hebat seperti ini. Masa Orde baru, pendidikan kita juga banyak disegani, di hormati, di hargai oleh bangsa lain. Contohnya adalah Negara tetangga kita, Malaysia. Pada era orde baru, banyak permintaan guru yang datang dari Malaysia, sampai akhirnya banyak pula guru dari kita yang mengajar disana. Kita mempunyai bekal ideologi Negara yang istimewa, yaitu Ideologi pancasila. Pemersatu yang sangat kokoh diantara banyaknya perbedaan. sampai hari ini, masyarakat kita mulai dari sabang sampai pulai merauke, miangas sampai pulai rote. Mereka masih mengakui Indonesia adalah Negara dan  Bangsa kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar