“Setiap hari saya menghadapi masalah yang berat,
namun setiap kali yang ku panggil adalah Pemuda” (Umar Bin Al Khotob)
Begitulah kata “Umar Bin Al Khotob”
pada masanya ketika memimpin sebuah peradaban gemilang dalam dunia ke Islaman.
Dalam hal ini pemuda dikatakan sebagai pilar dari adanya kebangkitan peradaban
besar umat manusia. Peradaban yang mampu menggoreskan tinta kejayaan dalam
lembaran sejarah manusia. Peradaban yang mampu menjunjung tinggi martabat
manusia beserta kodrat alamiahnya. Bukan hanya sekedar peradaban yang menjurus
pada degredasi moralitas sebuah bangsa. Maka disinilah letak peran strategis
seorang pemuda dalam membawa risalah-risalah perubahan progresifitas.
Beban perubahan senantiasa
diamanahkan oleh para pemuda dalam pergerakannnya, untuk terciptanya
sebuah peradaban yang gemilang. Dari hal ini dapat dikatakan bahwasanya
perubahan itu akan tercipta manakala ada sebuah integritas yang kuat antara
pemuda dan risalah yang diamahkannya. Sejauh mana pergerakan tersebut dapat
direalisasikan dengan baik dalam berbagai segi kehidupan, maka sejauh itu pula
perubahan yang akan di dapatinya (tanpa terdistorsi oleh degredasi moral).
Sekiranya kita membahas sebuah
peradaban maka hal itu tak akan pernah lepas dari sebuah perubahan-perubahan,.
Ketika kita mengkaji sebuah perubahan maka hal itu tidak lepas dari
progresifitas pergerakan, ketika kita membicarakan progresifitas pegerakan maka
hal itu tak akan pernah lepas dari peran serta pemuda selaku tonggak tegak
berdirinya sebuah peradaban, dan ketika kita menepis arti kata pemuda maka
mahasiswa lah penyumbang utama adanya pemuda-pemuda tangguh, pemuda yang
terlepas dari sebuah ruang privat yang hanya akan menjurus terhadap fested
interest semata. Oleh karena itulah dalam hal ini mahasiswa memiliki peran yang
strategis dalam setiap sektor pembangunan publik dalam sebuah tata kelola Negara.
Nampaknya, perlu ada sebuah
klarifikasi mengenai peran strategis pemuda yang membawa risalah-risalah
perubahan. Lalu Mahasiswa yang seperti apa ?? Itu adalah pertanyaan yang
mendasar bagi setiap orang dalam menanggapi wacana “mahasiswa sebagai pembawa
risalah perubahan ( Agent Of Change)”. Sejatinya mahasiswa bukanlah makhluk
suci yang diturunkan dari langit guna membantu mengentasakan setiap
permasalahan yang ada di dunia. mahasiswa sama seperti halnya manusia biasa
yang diciptakan dari tanah pada awal penciptaannya. Mahasiswa adalah bagian
dari masyarakat, dimana ia adalah simbol dari hati nurani rakyat yang turut
merasakan pedihnya tirani yang ada dalam suatu negara.
Banyak kategori-kategori yang melekat
dalam sebutan dunia Mahasiswa. Ada yang disebut Mahasiswa kupu-kupu ( kuliah
pulang, kuliah pulang), ada mahasiswa kura-kura ( kuliah rapat, kuliah rapat),
kuci-kuci (kuliah nyuci, kuliah nyuci), Kuning-kuning (kuliah maning, kuliah
maning, ,saking betahnya tuh dikampus, sampai-sampai 14 semester di borong
abis). Ya itulah sebutan yang kerap kali terlintas dalam telinga kita.
Lalu mana yang paling ideal? Tegas dikatakan bahwasanya pemuda revolusioner
adalah pemuda yang kreatif dan inovatif, visioner dan memiliki keunggulan hati.
bukan pemuda yang mati akal dan fikirannya (red ; tidak dikelola dengan baik),
bukan pula pemuda yang menggunakan fikirannya tanpa di imbangi nuraninya dalam
setiap tindakannya, ataupun pemuda yang fikirannya banyak disusupi oleh hal-hal
yang fragmatis (red ; cukel, dangkal, kotor, banyak sarang laba-laba
diotaknya). karena Kita tak dapat memandang suatu perubahan dari satu
prespektif saja, maka banyak perubahan-perubahan yang mungkin saja itu ideal
bagi setiap mahasiswa dalam muaranya kepada peradaban sejati. Biarkan pluralisme
menjadi warna dalam setiap langkah pergerakan mahasiswa. karena tanpa warna,
pergerakan hanya akan menjadi gelap dan monoton di setiap kurun waktunya. Namu
Jangan biarkan pula “mahasaiswa sebagai agent of change” hanya sekedar
menjadi mitos yang beredar dikalangan masyarakat, membutakan mengenai realitas
dan harapan masyarakat. Mari bergerak bersama dalam menyongsong
perubahan-perubahan menuju muara peradaban sejati. Hidup mahasiswa . . . !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar