Bergeraklah seindah Mentari pagi menyinari bumi, ia bergerak memberikan kehangatan namun tak membakar. Bergeraklah atas dasar apa yang kalian pelajari dan pahami, bukan sebatas apa yang kalian ketahui. (Semangat Peradaban, DPM FE 2016)

Jumat, 27 Juni 2014

The future of the nation, is in our hands


Masa lalu, masa kini dan masa depan adalah serangkaian waktu yang saling bersinergis dalam membentuk sebuah peradaban. Semua itu berputar seperti hal nya perjalanan hidup manusia, dari mulai bayi, anak-anak, remaja sampai dengan orang tua yang nantinya mau tidak  mau harus terkubur dalam himpitan tanah yang begitu gelap. Masa lalu adalah masa yang hanya dapat dikenang dan dijadikan sebuah pelajaran berharaga oleh setiap insan yang sudah terlepas dari ego masa kini. Seperti yang bung karno katakan pada masanya.

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala dari masa yang akan datang” (dalam pidatonya di HUT Proklamasi 1966). Dan masa kini adalah masa yang harus dijalani, masa dimana semua impian kedepan digagas didalamnya. Sedangkan masa depan adalah suatu prediksi ketidak pastian atas rumusan yang telah dibuat pada masa sekarang dengan bercermin pada cerita masa lalu (Masa lalu). Masa depan adalah suatu hal yang harus benar-benar kita konsep menjadi sebuah hal yang nantinya akan mampu membawa kita menjadi bagian dari sejarah umat. Bagian dari perdaban-peradaban cemerlang hasil buah karya manusia, bukan hanya menjadi bangsa yang hidup di pinggiran sejarah.

Indonesia  adalah salah satu bangsa yang berpotensi menjadi salah satu negara yang terombang-ambingkan dalam lautan sejarah jikalau semangat pemuda revolusioner tidak ada lagi di negeri ini. Semangat minoritas yang tidak bisa mengalahkan kaum hedonisme mayoritas.

“Perjuanganku lebih mudah karena hanya melawan penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri ” (Pidato bung karno saat HUT Proklamasi 1963)

Pada era penjajahan , tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia hanyalah satu semata. Yaitu bagaimana ia bisa melepaskan diri dari belenggu penyiksaan, belenggu perenggut kebebasan asasi manusia, yaitu penjajahan. Bangga Indonesia hanya dihadapkan pada  masalah bagaimana cara untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Menjadi sebuah Negara yang merdeka yang tentunya adalah dengan cara mengusir para penjajah dengan jalan perang. Namun lain halnya dengan perjuangan pada era saat ini, khususnya pasca reformasi dimana banyak sekali problematika yang melanda bangsa ini, mulai dari sistem yang ada didalamnya sampai dengan tekanan-tekanan yang datang dari luar. Semua itu bercampur, dan menjadi suatu hal yang komperehensif yang menjadikan bangsa Indonesia menjadi dipandang sebelah mata oleh bangsa-bangsa yang lainnya. Ini jelas tantangan yang lebih sulit dibandingkan dengan mengusir para penjajah. Seandainya tumbuhan, tambang-tambang emas, tambang batu bara, kandungan minyak bumi Indonesia, mereka semuanya dapat berbica, maka setidaknya satu hal yang mereka katakan adalah “Kami ingin para pendiri bangsa ini dibangkitkan untuk memimpin kami kembali”. Penataan masa depan harus benar-benar ditanamkan dalam setiap benak individu masyarakat Indonesia, Penataan yang mengarah pada seluruh sendi kehidupan, bukan penataan yang mencoba mengarahkan semuanya menjadi satu hal yang monoton. Mulai dari sumber daya manusia, Alam, hingga sumber daya buatan manusia. Itulah yang yang harusnya bisa difikirkan oleh mereka yang duduk diatas sana, harus memikirkan pula untuk mengubah mindset dari politikus menjadi seorang nagarawan sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar